Senin, 02 Februari 2009

MENINGKATKAN PRODUKSI JAGUNG DI LAHAN KERING

KATA PENGANTAR


Segala Puji Atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya sehingga makalah pertanian saya ini berhasil saya susun dan berhasil saya kumpulkan via blog. Melalui makalah blog saya ini, saya menjabarkan dan mengembangkan tulisan tentang Mningkatan Produksi Jagung Di Lahan Kering. Saya harap para pembaca mau dan berminat untuk membaca makala blog saya ini. Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen saya Pak Riwan Kusniadi STP yang memberikan dan membimbing kami dalam penulisan.
Jika dalam penulisan makala ini terdapat beberapa kesalahan saya minta maaf dan saya mengharapkan saran demi perubahan dari para pembaca. Jika ada kata-kata yang menyinggung perasaan oknum tertentu, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang besar.Tanaman jagung dapat menghasilkan genotipe baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai karakteristik lingkungan.Di Indonesia, jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi.Di samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku indutri.Penggunaan sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras menunjukkan tendensi makin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20 %.Sebaliknya, penggunaan sebagai bahan pangan menurun.

Dari aspek produksi jagung sebenarnya swasembada jagung sudah terpenuhi.Namun,karena kontinuitas kebutuhan tidak dapat dipenuhi maka terpaksa dilakukan impor walaupun pada saat tertentu pun dilakukan ekspor.Terjadinya ekspor dan impor pada tahun yang sama disbabkan antara lain musim panen jagung tidak merata sepanjang tahun.Pada awal musim panen terjadi surplus produksi sehingga jaung harus diekspor karena belum tersedia fasilitas penyimpanan yang memadai.Sebaliknya,pada musim paceklik terjadi kekurangan produksi sehingga untuk memenuhi kebutuhan harus dipenuhi dari impor.Sejalan dengan telah digalakkannya Gema Pelagung 2001 (Gerakan Mandiri Padi,Kedelai, dan Jagung tahun 2001) maka sudah sewajarnya bila upaya peningkatan produksi jagung harus diusahakan dengan prioritas tinggi.

B.Tujuan Penulisan

a. Memberikan informasi kepada para pembaca

b. Memberikan kesempatan kepada para pembaca yang ingin belajar tentang

badaimana cara miningkatkan produksi jagung dilahan kering.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Upaya Peningkatan Produksi Jagung

Untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri meningkatkan ekspor maka upaya peningkatan produksi jagung harus dilakukan.Upaya ini akan lebih berhasil jika ada kerja sama terpadu antara pemerintah dan petani.Beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi jagung diantara lain :

1. Memperluas Areal Panen

Perluasan areal panen merupakan satu faktor potensial dalam mendukung peningkatan produksi jagung .Berkaitan dengan perluasan areal panen ini dapat dilakukan upaya ekstensifikasi,diversifikasi,rehabilitasi,peningkatan intensitas tanaman, dan penambahan periode panen jagung.

a. Ekstensifikasi

Dalam pengertian umum,ekstensifikasi merupakan upaya pengadaan sumber pertumbuhan baru berupa perluasan/penambahan areal panen.Bilaa berhasil menambah areal baru ratusan ribu hektar per tahun maka akan terjadi lonjakan produksi jagung secara nyata di tingkat nasional.

Perluasan penanaman jagung disarankan dilakukan di daerah bukaan baru,antara lain htan tanaman industri (HTI),daerah transmigrasi,lahan pasang surut,lahan lebak,dan lahan marjinal lainnya (lahan tidur dan lahan belum produktif lain).Lahan produktif di Indonesia masih sangat luas,tetapi belum dikelola.Pada kondisi ini progran ekstensifikasi masih terbuka lebar untuk dilaksanakan.

b. Diversifikasi

Dalam kaitannya dengan usaha penungkatan produksi,diversifikasi diartikan sebagai kegiatan penganekaragaman komoditas pertanian yang dibudidayakan.Pada program diversifikasi ini peningkatan produksi jagung diupayakan dengan menjadikan jagung sebagai tanaman pokok dalam suatu kegiatan pola tanam.Kegiatan tersbut dikenal dengan istilah diversifiksi horizontal.Jenis diversifikasi lain adalah diversifikaso vertikal yang merupakan kegiatan penganekaragaman prodouk industri yang menggunakan bahan baku jagung .Jelaslah bahwa diversifikasi komoditas jagung dapay meningkatkan produksi melalui penggantian tanaman lain ,tumpang sari,sisipan, atau sebagai tanaman susulan.

c. Rehabilitasi

Salah satu kegiatan rehabilitasi pada pembudidayaan jagung adalah perbaikan potensi varietas unggul dengan pemurnian banih atau penggantian buah hibrida yang sudah berkali-kali ditanam. Selain perbaikan varietas, program rehabilitasi ini pun menyangkut perbaikan segala aspek penanaman, termasuk masalah lahan. Rehabilitasi lahan di antaranya ialah perbaikan kesuburan lahan masam dengan pemberian kapur dan perbaikan drainase di lahan pasang surut.

d. Peningkatan Intensitas Penanaman (IP)

Intensitas pertanaman (IP) diartikan sebagai banyaknya pertanaman dalam satu tahun pola tanam disuatu daerah. Pola tanam padi-jagung-bera berarti mempunyai IP 200. IP ini masih dapat ditingkatkan bila masa bera ditanami. Upaya peningkatan intensitas pertanaman jagung ini ditujukan untuk lahan yang masih mempunyai IP kurang dari 300 atau lahan yang belum diusahakan (lahan tidur). Peningkatan IP jagug ini dapat dilakukan dalam setahun, baik dengan pola tanam monokultur maupun tupang sari. Cara ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagug.

e. Penambahan periode panen jagung

Pertumbuhan tanaman jagung, terutama awal fase pertumbuhan sampai pengisian tongkol, sangat tergantung pada ketersediaan air. Untuk dapat berproduksi tinggi, penanamannya biasanya hanya dilakukan pada waktu tanam tertentu saja. Akibatnya, produksi jagung mengalami fluktuasi, yaitu berlebihan pada musim panen dan kekurangan pada musim paceklik sehingga kebituhannya harus dipenuhi dari impor. Salah satu upaya mengurangi ketergantugan impor di musim paceklik adalah melakukan penanaman off season (di luar musim tanam). Penamanam off season ini dapat dilakukan pada bulan dan lahan penanaman tertentu.

2. Meningkatkan Produktivitas

Upaya meningkatkan produktivitas jagung dapat dicapai dengan penanaman varietas unggul. Upaya ini akan lebih berhasil bila disertai pengelolaan lingkungan fisik dan hayati serta penerapan teknologi produksi yang sesuai lingkungan tubuh. Penerapan teknologi ini harus secara efektif dan efisien. Dengan peningkatan mutu intensifikasi maka diharapkan akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.

Produktivitas jagung di masing-masing sentra produksi beragam antara 2-4 ton/ha. Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan bila suatu daerah kabupaten masih di bawah rata-rata produktivitas tingkat propinsi. Untuk itu, daerah kabupaten tersebut harus berupaya paling sedikit menyamai produktivitas tingkat propinsi tersebut. Dengan demikian, selisih produktivitas dapat menambah produksi jagung di tingkat kabupaten. Bila sejumlah kabupaten dalam satu produksi melakukan hal yang sama, kenaikan produksi di tingkat propinsi akan cukup banyak.

Peningkatan mutu intensifikasi dari usaha tani non-intensifikasi menjadi intensifikasi umum (Inmum), kemudian menjadi intensifikasi khusus (Insus), dan selanjutnya menjadi Supra Insus.

Berkaitan dengan kondisi pertanaman jagung yang selalu berubah dan berkembang pada setiap agroekosistem maka teknologi produksi harus selalu ditinjau ulang. Teknologi produksi merupakan komponen program intensifikasi. Peninjauan ulang ini harus dilakukan secara berkala dan selalu disempurnakan agar selaras dengan perkembangan sehingga akhirnya diperoleh teknologi produksi yang benar-benar spesifik agroekologi.

3. Menekan Senjang Hasil

Kesenjangan hasil merupakan perbedaan antara hasil riil (nyata) yang dicapai petani dengan potensi genetik dari suatu varietas yang ditanam. Di lapang, kesenjangan antara hasil yang diperoleh petani dengan hasil yang mungkin dapat dicapai lebih disebabkan oleh faktor biofisisk dan faktor sosial ekonomi dalam proses alih teknologi. Proses alih teknologi pada tanaman jagung berjalan tidak terlalu cepat dan tingkat adopsi teknologi masih rendah. Sebagai misal, hasil di tingkat penelitian sudah mencapai 7-8 ton/ha, sedangkan di tingkat petani baru 3-4 ton/ha. Bila kesenjangan hasil ini dapat ditekan melalui teknologi maka kenaikan hasil dapat menyumbang cukup besar terhadap peningkatan produksi jagung nasional.

4. Mempertahankan Stabilitas Produksi

Stabilitas hasil jagung pada suatu wilayah diartikan sebagai besarnya perubahan hasil dari tahun ke tahun di wilayah tersebut dengan penerapan teknologi produksi yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas hasil tersebut antara lain perkembangan hama penyakit dan cekaman lingkungan (kekeringan, genangan, dan gulma).

Stabilitas hasil ini dapat ditingkatkan bila petani dapat melakukan tertib waktu tanam sesuai pola tanam setempat, menggunakan varietas unggul tahan hama penyakit, menggunakan varietas umur genjah agar terhindar dari cekaman kekeringan, serta meningkatkan pengendalian hama penyakit secara baik.

5. Menurunkan Kehilangan Hasil

Dari data daerah penanaman di tiga propinsi, yaitu Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, menunjukkan kehilangan hasil jagung yang dimulai sejak masa panen sampai pascapanen dapat mencapai 8,5%. Bila dihitung di tingkat nasional, kehilangan hasil tersebut enjadi sangat besar.

Menurunkan persentase kehilangan hasil tersebut melalui penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang tepat dapat membentu meningkatkan total produksi nasional.untuk itu, peningkatan jasa alsintan pascapanen di masa mendatang menjadi salah satu faktor penting dalam menekan kerugian petani. Peran kegiatan penyuluhan pun akan memberi nilai tersendiri dalam suksesnya penggunaan jasa alsintan tersebut.

B. Penanaman di Lahan Kering

Sebagian besar lahan penanaman jagung di Indonesia berupa lahan kering. Masalah utama penanaman jagung di lahan kering adalah kebituhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan. Masalah lainnya adalah bervariasinya kesuburan lahan dan adaya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan lahan. Dengan kondisi seperti itu maka penanaman jagung di lahan kering harus memerlukan penanganan lebih bijaksana yang meliputi hal-hal berikut:

1. Varietas yang Sesuai

Jagung yang ditanam di lahan kering dapat berupa varietas unggul bersari bebas atau varietas unggul hibrida. Beberapa varietas bersari bebas yang dapat dipilih antara lain Arjuna, Bisma, Lagaligo, Kalingga, Wiyasa, Rama, dan Wisanggeni. Sementara untuk varietas hibrida disarankan menggunakan varietas Semar-2, Semar-3, CP-1, CP-2, Bisi-1, Bisi-2, Pioneer-3, Pioneer-4, dan Pioneer-5.

Berdasarkan ketinggian tempat penanaman dapat dianjurkan penggunaan varietas-varietas yang sesuai. Untuk dataran rendah dapat digunakan jagung berumur dalam atau sedang yang dapat dipilih antara lain Harapan Baru, Metro, Parikesit, Bogor, Composite-2, Arjuna, Bromo, Kalingga, Wiyasa, Harapan, dan Hibrida. Untuk jagung berumur genjah dapat dipilih antara lain Penjalinan, Genjah Kretek, dan Genjah Kertas. Ketiga varietas jagung berumur genjah tersebut merupakan varietas lokal. Sementara untuk dataran tinggi dapat dipilih berumur dalam seperti Bastar Kuning, Bima Pandu, dan Harapan.

Dengan daya tumbuh di atas 80% dan menggunakan varietas yag dianjurkan maka jumlah benih yang dibutuhkan sebnayak 25-30 kg/ha. Sebelum penanaman, sebaiknya benih jagung dicampur dengan Ridomil sebanyak 5 g /kg. pemberian Ridomil ini bertujuan agar tanaman tidak terserang penyakit bulai dan lalat bibit.

2. Pola Tanam

Anjuran pola tanam jagung didasarkan pada kondisi iklim lokasi penanaman. Pola tanam jagung dapat berupa sistem tanam tunggal, ganda, atau tumpang sari dengan tanaman padi gogo, ubi kayu, kedelai, kacang tanah, atau tanaman kacang-kacangan lainnya. Untuk lahan kering beriklim basah dianjurkan menggunakan pola tanam tumpang sari dengan padi gogo genjah dan ubi kayu-kacang tanah/kedelai-kacang hijau. Sementara untuk lahan kering beriklim kering dapat diterpkan pola tanam jagung tumpang sari dengan kacang tanah/kedelai-kacang hijau atau kacang tunggak-bera.

3. Penyiapan Lahan

Salah satu kegiatan penyiapan lahan untuk tanaman jagung adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk mengemburkan tanah, memperbaiki drainase, dan mematikan bibit penyakit. Cara pengolahan tanah pada lahan kering tergantung kondisi lahan. Secara umum, pengolahan tanah di lahan kering dapat dilakukan secara sempurna, minimum (minimum tillage), dan tanpa pengolahan (zero tillage).

a. Pengolahan secara sempurna

v Pengolahan dilakukan pada tanah yang berat

v Tanahnya tidak terlalu basah sehingga mudah digemburkan.

v Tanah dicangkul atau dibenamkan, serta tanah digaru sampai rata.

v Pengolahan tanah dilakukan paling lambat seminggu sebelum tanam.

b. Pengolahan secara minimum

v Pengolahan dilakukan pada tanah yang sangat peka pada erosi.

v Pengolahan dilakukan hanya pada barisan persiapan tanam selebar 60 cm dan kedalaman 15-20 cm dengan menggunakan cangkul sebanyak dua kali. Selanjutnya dilakukan pendangiran pada saat tanaman berumur 25 hari.

v Lahan hanya dilakukan penugalan dan benih langsung ditanam.

v Pengolahan dilakukan seminggu atau kurang dari seminggu sebelum tanam.

c. Tanpa pengolahan tanah

v Pengolahan dilakukan pada lahan yang bertekstur ringan dan lahan yang kekurangan air atau saat musim kemarau dengan tujuan menghindari penguapan berlebihan.

v Tanah hanya dicangkul untuk lubang tanam.

v Pada lahan perlu diberi mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan gulma.

Tanah bekas pertanaman yang terkontaminasi penyakit atau serangan hama perlu dilakukan pembakaran sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah dilakukan sampai beberapa kali. Setiap perlakuan pengolahan, tanah diberikan beberapa hari untuk mematikan bibit penyakit.

Untuk mencegah kekurangan air, lahan penanaman dapat diberi mulsa dari jerami atau limbah tanaman lain. Sebaiknya, untuk mengantisipasi agar lahan tergenang air, terutama saat musim hujan, perlu dibuat saluran air.

4. Penanaman

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman jagung adalah waktu tanam, jarak dan populasi, serta cara penanaman.

1. Waktu tanam

Umumnya usaha budi daya jagung di lahan kering maksimum hanya dilakukan dua kali penanaman. Hal ini terutama berkaitan dengan kebutuhan air pada awal pertumbuhan tanaman. Waktu tanam yang umum dilakukan adalah awal musim hujan (labuhan) antara September-November dan awal musim kemarau (marengan) antara Februari-April.

2. Jarak tanam dan populasi tanaman

Penerapan jarak tanam tergantung varietas yang digunakan. Berikut jarak tanam dan populasi tanmaan per hektar dari beberapa varietas jagung yang dapat ditanam di lahan kering.

3. Cara penanaman

Penanaman jagung dilakukan deangan cara penugalan. Kedalaman lubang tanam tergantung kelembapan tanah. Kedalaman lubang tanam pada tanah lembap dalam sedalam 2,5 cm, sedangkan pada tanah cukup kering dapat sedalam 5 cm.

Jumlah benih untuk setiap ranam dapat sebanyak 2-3 biji untuk varietas nonhibrida, sedangkan varietas hibrida dapat sebanyak 1 biji (kecuali benih hibrida varietas CPI-1, Pioneer, dan IPB-4 dapat sebanyak 2 biji/lubang tanam).

5. Pemupukan

Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah jenis, dosis, waktu, dan cara pemupukan.

1. Jenis dan dosis pemupukan

Jenis pupuk yang diberikan pada jagung adalah pupuk organik dan pupuk organik. Pupuk organik berupa pupuk kandang yang diberikan pada lahan kurang subur. Dosisnya sekitar 15-20 ton/ha.

Pupuk anorganik yang digunakan untuk jagung berupa urea, SP-36, dan KCl. Dosis pupuk untuk jagung hibrida sedikit berbeda dengan jagung nonhibrida. Untuk jagung hibrida, per hektarnya dibutuhkan urea 300 kg, SP-36 100 kg, dan KCl 50 kg. sementara untuk jagung nonhibrida, per hektarnya dibutuhkan urea 250 kg, SP-36 75-100 kg, dan KCl 50 kg.

Bila lahan sudah mengandung cukup unsur P karena penggunaan pupuk P (SP-36 atau TSP) yang terus-menerus, sebaiknya penggunaan pupuk tersebut tidak perlu dilakukan atau cukup dengan dosis 50 kg TSP/ha. Demikian pula bila lahan sudah mengandung cukup unsur K maka pemberian pupuk KCl dapat dikurangi atau ditiadakan.

2. Waktu dan jumlah pemupukan

Pupuk kandang diberian seluruhnya saat pengolahan tanah, sedangkan pupuk anorganik diberikan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan. Pupuk N diberikan dua kali, yaitu saat tanam dan 4 minggu setelah tanam. Untuk tanah-tanah bertekstur ringan dan dengan curah hujan tinggi, pupuk N diberikan sebanyak tiga kali.

3. Cara pemupukan

Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara disebar dan diratakan bersamaan dengan pengolahan tanah. Sementara pemberian pupuk dasar berupa urea, TSP, dan KCl dilakukan dengan cara ditugal sedalam 10 cm sekitar 7 cm di kiri dan kanan tanaman. Untuk urea dan TSP diberikan dalam satu lubang, sedangkan KCL pada lubang tersendiri. Setelah dimasukkan pupuk, selanjutnya lubang ditutup kembali dengan tanah. Sementara pemberian pupuk susulan dilakukan dengan cara ditugal sedalam 10 cm sekitar 15 cm dari tanaman.

6. Penyulaman dan Penjarangan

Penyulaman dilakukan jika ada benih yang rusak atau tidak tumbuh. Kegiatan ini dilakuan sekitar 7-10 hari setelah tanam. Kegiatan penyulaman dilakukan agar jumlah tanman per satuan luas akan tetap optimum sehingga target produksi akan tetap tercapai.

Penjarangan dapat dilakukan 2-3 minggu setelah penanaman. Caranya dengan memotong batang tanaman menggunakan gunting atau pisau tajam. Tanaman yang disisakan berupa tanaman yang pertumbuhannya sehat, kokoh, dan vigor. Walaupun dilakukan penjarangan, jumlah tanaman yang harus disisakan tetap sesuai dengan rencana jumlah tanaman optimal setiap hektarnya.

7. Penyiangan

Penyiangan merupakan upaya pengendalian atau pengurangan gulma yang tumbuh di areal penanaman. Kehadiran gulma perlu diberantas karena cdapat menurunkan kualitas dan kualitas hasil produksi. Gulma berperan di areal penanaman jagung dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Gulma rumput seperti rumput belulang (Eleusin indica), jajagoan (Echinochloa colonum), kekawatan (Cynodon dactilon), alang-alang (Imperata cylindrica), lempuyangan (Panicum sp).

2. Gulma teki-tekian seperti teki (Cyperus rotundus), jeking kunyit (Cyperus iria), eki gehad (Cyperus compressus), serta

3. Gulma berdaun lebar seperti putri malu (Mimosa invisa), babdotan (Ageratum conyoides), tolod (Alternanthera sessilis).

Tergantung perkembangannya, penyiangan gulma dapat dilakukan 2-3 kali. Penyiangan 1 sebaiknya dilakukan sebelum pemupukan susulan II dan bersamaan dengan pembubunan. Penyiangan II dapat dilakukan sebulan setelah penyiangan I dan penyiangan III dapat dilakukan jika dianggap perlu, yaitu jika pertumbuhan gulma terlihat subur atau lebat.

Penyiangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu manual dan kimia. Penyiangan secara manual dilakukan dengan tangan, cangkul, atau alat lain, sedangkan secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida.

8. Pembumbunan

Pembumbunan bertujuan untuk menutup akar yang terbuka dan membuat pertumbuhan tanaman menjadi tegak atau kokoh. Pembumbunan dilakuan dengan cara menaikkan atau menimbunkan tanah pada pokok tanaman. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama.

9. Pengairan

Jagung banyak membutuhkan air pada saat pertumbuhan vegetatif hingga periode pengisian biji. Kebutuhan air tersebut semakin berkurang hingga periode pemasakan tongkol.

Pada penanaman jagung di musim hujan, kebutuhan air dapat dipenuhi dari air hujan. Namun, areal penanaman diupayakan agar jangan sampai tergenang air karena dapat membusukkan akar. Selain itu, bila kelebihan air, periode generatif tanaman akan terganggu. Untuk itu, saluran air harus difungsikan dengan baik.

Sebaiknya pada penanaman di musim kemarau, tanaman dapat diairi minimum empat kali setiap hari. Jumlah air yang diberikan untuk setiap pemberian sebanyak 60 mm tinggi air. Jumlah air ini dapat mempertahankan tanah menjadi cukup jenuh selama pertumbuhan tanaman.



BAB III
KESIMPULAN


Dari makalah yang

DAFTAR PUSTAKA

Suprapto, Marzuki Rasyid, Bertanam Jagung (Jakarta: Penebar Swadaya, 2002).

Adisarwanto, T. dan Yushira Erna Widyastuti, Meningkatkan Produksi Jagung (Jakarta: Penebar Swadaya, 2000).

Anonimaus, Bercocok Tanaman Jagung (Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1992).